New Delhi, Peringkat 24 sebagai Kota Mode
NEW DELHI menempati peringkat 24 besar kota mode internasional, menyusul fashion capital Asia lainnya, termasuk Tokyo, Singapura, dan Hong Kong. Bukan hal yang mudah untuk mencapai level ini. Dibutuhkan usaha, kerja keras, serta kerja sama dari berbagai pihak, terutama pemerintah dan pelaku mode, guna menyelaraskan pandangan demi memajukan industri fashion.
Keselarasan berbagai pihak inilah yang ditunjukkan India. New Delhi, selain sebagai ibu kota negara juga merupakan sebuah fast forward fashion capital. Mal-mal terus bertumbuh, memberi lahan baru bagi brand-brand internasional sekaligus juga menjadi wadah bagi desainer lokal untuk meramaikan pasar mode India.
Namun, satu hal yang membuat nama New Delhi mencuat sebagai kota mode adalah karena agresivitas yang diperlihatkan pelaku modenya dalam perhelatan fashion akbar, layaknya Delhi Fashion Week ataupun “Wills Lifestyle India Fashion Week” (WIFW).
Kedua pekan mode tersebut berkembang begitu pesat dan mendulang sukses di setiap musimnya. Bagaimana tidak, bila di setiap pergelarannya ratusan desainer siap terlibat. Menghadirkan koleksi baru di atas catwalk ataupun memamerkannya dalam acara exhibition dan trade show yang kerap menyertai penyelenggaraan pekan mode. Desainer juga terbukti mampu menjadi penggerak sektor industri mikro, layaknya manik-manik, payet, sulam tangan, maupun pemintalan. Selain itu, pemerintah juga memegang peranan penting. Fokus mereka dalam mengembangkan sektor industri tekstil memberi ruang yang lebih luas bagi desainer lokal untuk terus berkarya. Menciptakan koleksi baru yang tetap kental dengan aroma eksotis khas India.
“Saya rasa New Delhi sangat pantas disebut sebagai pusat mode. Kota ini punya segala, mulai kain, material, hingga kemampuan yang dibutuhkan untuk menghasilkan mode India,” ujar pengamat mode India Peter Punj. Selain itu, Punj juga mengatakan bahwa India punya beberapa kelebihan dibanding pusat mode Barat, seperti kain-kain eksotis, pengerjaan detail, serta budaya Timur yang begitu kental.
“Namun di sisi teknik dan kecepatan industri, India masih harus mengejar ketinggalannya,” tambah Punj.
Sementara desainer Riddhima Kapoor Sahni mengatakan, yang menjadikan Delhi terkenal di dunia mode adalah kepekaan dan kecepatan pelaku modenya menyerap tren internasional.
“Tentu tidak diaplikasikan secara mentah. Yang membuat mode India menarik justru karena tren tersebut diadaptasikan dengan selera mode India yang lebih khas. Itu yang membuat kita berbeda,” ujarnya.
Tahun lalu kota ini bahkan belum dianggap sebagai pusat mode, kendati banyak desainer top dunia yang tertarik mengambil material dari New Delhi, seperti halnya Roberto Cavalli, Marc Jacobs,Matthew Williamson, dan bahkan rumah mode Hermes.
Promosi yang dilakukan pelaku mode India pun tidak begitu agresif bila dibandingkan dengan gaya Eropa maupun Amerika. Namun, cara inilah yang justru membuat mereka bisa tersenyum bangga. Tercatat, dalam setiap penyelenggaraan pekan mode, baik itu “Delhi Fashion Week” maupun WIFW, kurang lebih 70 buyer internasional hadir. Tidak hanya itu, pertumbuhan buyer lokal pun semakin meningkat setiap tahunnya, yang menjadi indikasi semakin berkembangnya industri mode lokal. Dari segi kreatif, ratusan desainer siap memberikan kreativitasnya dua kali setahun. Mereka pun konsisten menampilkan karya-karya yang tetap bernapaskan ciri khas eksotisme India.
Pelaku mode India pun tak segan mengetengahkan diversifikasi agenda mode. Layaknya Paris atau Milan, kini New Delhi memiliki jadwal khusus penyelenggaraan fashion show yang lebih segmented, layaknya “Couture Week” ataupun “Men’s Week” yang akan dirilis Februari mendatang.
